Kemarin, sekitar jam sebelas siang bungsuku, Harish yang berusia empat tahun, mengeluh.
"Umi, kepala Harish pusing."
Kuperhatikan wajahnya, hmm, memang agak pucat.
"Yok bobo'an."
Kuraba kening, punggung, tangan dan kakinya. Ada perbedaan suhu tubuh, kaki dan tangan terasa agak dingin, sedang punggung dan kening terasa lebih hangat dari biasanya.
Kuusap-usap punggungnya dengan telapak tangan, kadang pindah ke pangkal hidung di antara dua pangkal alis, kupijat lembut dengan ujung telunjuk, agar segera terlelap.
Dalam tidur yang gelisah, terlihat Harish seperti merasa kedinginan. Kuraba tangan dan kakinya, dingin. Bahkan bagian telapak tangan dan kaki, sangat dingin.
Masyaallah, ada apa ini? Belum pernah Harish seperti ini. Ingin segera ku telfon suami, tapi. . .ah, tunggu dulu. Akan kulihat perkembangannya sepuluh menit sampai setengah jam berikutnya.
"Harish kedinginan?" kutanya dengan berbisik.
Dia menganggukkan kepala sambil mengempit dua tangannya di antara dua pahanya. Segera kuselimuti tubuhnya, terutama kedua tangan dan kakinya..
Tak terlalu lama, gigilnya menghilang. Perlahan kulepas selimut dan kuraba suhu tubuhnya. Bagian kaki dan tangan sudah tidak dingin lagi, tapi punggung dan kepala bertambah panas, leher belakang basah oleh keringat, mungkin pengaruh diselimuti.
"Umi. . .sakit perut," Harish mulai menangis sambil menekan perutnya.
"Kasih minyak kayu putih ya?"
"Nggak mau, Harish maunya BAB," tangisnya pecah. Segera kuantar ke toilet.
Tak terlalu lama, Harish sudah memanggil minta diistinja.
"Lho, kok belum jadi?"
"Pipis aja."
"Ditunggu sebentar ya," kuraih tangannya dan kupijat lembut bagian di atas pergelangan tangan, seperti biasanya, kalau Harish sedang sembelit. Harish menarik tangannya, menolak.
"Ya sudah, yok bobo'an lagi, sambil Umi pijit."
Aku terus berfikir, apa kira-kira yang menyebabkan Harish begini.
"Umi, ngapa sih Harish pusing?"
Wah, dijawab apa? Aku sendiri belum bisa memastikannya.
"Mungkin karena tadi Harish nangisnya kelamaan," he he, kesempatan memberi sugesti, kan bisa saja menangis terlalu lama buat pusing kepala? Terutama yang mendengarkannya, maksudku.
Sambil terus kutelusuri bagian-bagian tubuhnya dengan pijitan ringan dan tekanan di titik-titik tertentu.
Sebagian keluhan sakit saat ditekan ada di sekitar lutut ke bawah. Suhu tubuhnya belum turun juga.
"Apa Harish kecape'an ya bantu Umi beresan?"
"Iya, tadikan Harish bantu Umi sama Mba Hani ngangkat meja," jawabnya.
"Sebentar Umi ambil minyak zaitun dulu ya."
Mulai ku urut dari telapak kaki ke atas. Pada bagian tertentu yang kurasakan tekstur ototnya berbeda, Harish mengaduh. Di bagian-bagian itu tekanan aku kurangi, tapi lebih sering kuurut. Semakin lama tekstur otot yang lebih keras semakin melembut. Akhirnya Harish tertidur. Kuperhatikan bibirnya memerah dan bagian pinggir kulitnya mulai mengering, tapi suhu badannya mulai turun.
Sore hari, Harish ditangani suami, yang memang bidangnya urusan pijat urut.
Malam hari aku stand by, siapa tahu kondisi belum normal. Alhamdulillah, suhu tubuh normal, tidur lelap, hanya saja ketika jam empat pagi Harish bangun, bilang ingin pipis, ha ha, ternyata sudah pipis di kasur, ngompol gitu loh! Itu salah satu usaha tubuh menormalkan fungsi dan suhunya, dengan mengeluarkan urin lebih banyak dari biasanya.
Jam enam tadi, Harish bangun dengan ceria, Alhamdulillah.
Aku ingat kejadian beberapa bulan yang lalu.
Saat itu, adik ipar berkunjung ke rumah bersama anak-anaknya yang seusia Harish dan kakaknya. Begitu asyiknya mereka bermain di kebun, kotor dan berkeringat. Dalam kondisi kecapean mereka mandi sambil bermain agak lama. Setelah sepupunya pulang, Harish tidur tanpa makan sebelumnya.
Sore hari menjelang magrib Harih bangun lalu muntah, dan berlanjut sampai besok siangnya, suhu badan tinggi, muntah-muntah, diare. Saat itu suami sedang ke luar kota beberapa hari. Sempat panik, bahkan sempat terfikir membawanya ke rumah sakit, tapi kuperhatikan jenis diarenya tidak berbau menusuk, khas diare kalau sedang drop karena kelelahan, yang di kenal di masyarakat dengan sebutan masuk angin.
Dengan berpegang pada analisa sederhana itu, bismilllah, aku rawat Harish dengan cara seperti biasa. Kupijit dan urut bagian-bagian tertentu tubuhnya, yang kukenal dengan titik-titik yang berkhasiat mengatasi angin, meningkatkan daya tahan tubuh, dan melancarkan metabolisme. Kuusahakan memperbanyak minum untuk menggantikan cairan yang keluar, sekali-kali kucubit lembut kulitnya untuk mengukur, jangan sampai tubuhnya dehidrasi. Kalau tidak mau minum air putih kutawarkan madu yang dicairkan atau teh atau sari jeruk, tapi tidak ku beri susu, karena susu sering kali memicu muntah.
Alhamdulillah, tidak sampai dua puluh empat jam semua terlewati.
Bersyukur dengan ilmu sederhana yang Allah titipkan pada kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar